Skip to main content

Wawancara siswa berprestasi : Abdurrohman

Rohman panggilanya, ia seorang anak berprestasi yang saat ini masih duduk di bangku MTs. Asy-Syafi'iyyah Jatibarang-Brebes. Sejak masih duduk di bangku MI Asy-Syafi'iyyah 01 Jatibarang Kidul.

Ia putra dari pasangan Ky. Abdul Khalim dan Ibu Maslikha. Ia anak ke 2 dari dua bersaudara.
Selama bersekolah, ia selalu mendapat beasiswa sebab ia adalah anak yang berprestasi.

Lomba Pidato bahasa Indonesia adalah awal prestasi Rohman. Pada saat itu Rohman mendapatkan juara 1. Setelah itu, Rohman juga mengikuti ajang lomba pidato Bahasa Inggris, namun kali ini mendapat juara  2.  

Pada saat Ujian Sekolah (pengganti UN) Slamet mendapat Peringkat 1 sekecamatan Jatibarang. Begitu pula dengan Ujian Madrasah Ibtida'iyyah pun mendapat Peringkat 1 sekecamatan Jatibarang.

Walaupun Slamet Lulus MI dengan nilai yang sangat fantastis, namun Slamet lebih memilih untuk melanjutkan ke MTs.Asy-Syafi'iyyah daripada ke SMPN 02 Jatibarang yang katanya sekolah favorit. Sebab melihat dari latar belakang keluarga yang agamis.

Di MTs pun Rohman tak henti-hentinya menggali prestasi. Pada awal-awal masuk MTs, Rohman belum begitu dikenal oleh dewan guru MTs. Prestasi Slamet di MTs pun lebih banyak. Dia mendapat Juara 2 Pidato Bahasa Indonesia (AKSIOMA), Juara 3 Pidato Bahasa Indonesia (AKSIOMA), Juara 3 MTQ cabang Tahfidz tahun 2015 dan baru-baru ini Rohman mendapatkan Juara 1 MTQ cabang Tahfidz.

Sejak kelas 7 sampai sekarang Rohman juga mendapat Peringkat 1 di kelasnya. Saat ini, Slamet duduk di kelas 9C (Kelas Unggulan) di MTs.Asy-Syafi'iyyah Jatibarang.

Semua prestasinya itu berkat do'a kedua orang tua Rohman. Sebab Rohman selalu meminta Ridho dari Ayah dan Ibunya.

Demikian uraian singkat tentang Slamet Abdurohman seorang siswa berprestasi asal Brebes. Mudah-mudahan dapat menjadi motivasi bagi anak-anak yang ada di Indonesia.

Comments

Popular posts from this blog

Saat Seorang Anak Petani Bertamu ke Rumah KH Hasyim Asy'ari

Saat Seorang Anak Petani Bertamu ke Rumah KH Hasyim Asy'ari Kereta merapat di stasiun Jombang. Situasi stasiun tak terlalu ramai. Eropa tengah tergoncang tahun pertama Perang Dunia Kedua. Proklamasi kemerdekaan Indonesia masih enam tahun lagi. Keadaan Jombang baik-baik saja. Tenang dan normal. Anggota aktif Gerakan Pemuda Ansor Jawa Tengah itu keluar dari gerbong kereta. Pandangannya mengitari area stasiun, mencari seseorang. Seseorang dari Tebuireng yang dalam surat akan menjemputnya. Ditelusuri dengan pandangannya, orang yang dimaksud ternyata ada. Seorang pemuda. Kulitnya putih, wajahnya tampan. Tubuhnya padat berisi dan sedikit pendek. Sangat sulit menilai jika orang yang menjemputnya ini adalah seorang santri—atau dulunya seorang santri. Pakaiannya tidak mencerminkan itu. Tidak mengenakan sarung dan blangkon. Tetapi peci putih ala Jawaharlal Nehru dan celana panjang. Tampilan yang terlalu modis dan modern tentu saja pada era itu. “Ahlan wa sahlan, marhaban… ahlan.. ahla...